Dalam menikmati karya sastra puisi, terkadang kita sebagai penikmat harus jeli dalam menginterpertasikan sebuah karya. Karena dalam setiap karya ada suatu makna/arti yang bisa disampaikan secara tersirat ataupun tersurat.
Meskipun dalam menginterpretasikan kita cenderung memiliki sudut pandang masing-masing. Tetapi di dalam puisi terdapat beberapa petunjuk untuk menginterpertasikan, petunjuk tersebut dinamakan citraan.
Dalam puisi, citraan memiliki fungsi sebagai fondasi sebuah karya agar penikmat bisa memahami lebih dalam isi puisi.
Daftar Isi
Pengertian Citraan Puisi
Citraan adalah instrumen kepuitisan yang difungsikan oleh sastrawan agar kata, frasa atau kalimat yang diekspresikan dalam puisi bisa menimbulkan gambaran visual atau imaji perasaan yang bisa terasa kepada pembaca puisi.
Citraan merupakan alat kepuitisan yang digunakan oleh sastrawan agar imaji perasaan dan pikiran dari penikmat atau pembaca puisi menjadi kuat.
Sering kali sastrawan/pujangga menyajikan citraanya dengan bahasa verbal secara tersurat ataupun tersirat. Citraan juga dimanfaatkan oleh sastrawan agar penikmat bisa memahami apa yang dirasakan oleh pembuat puisi. Penikmat akan dibawa ke dalam imajinasi yang bisa merangsang panca indera seperti merasa, mengecap, mencium, melihat dan membau.
Citraan pada puisi diekspresikan dengan cara deskripsi imajinatif yang dilontarkan dengan kata-kata. Kerap kali dalam menghasilkan citraan dalam puisi, penulis akan menyampaikannya dengan menggunakan dua gagasan utama berupa penggambaran ataupun metafora.
Macam-macam Citraan dalam Puisi
Jika ingin mengerti dan memahami lebih dalam tentang topik ini. Bisa dimulai dengan mengenal macam citraan, berikut beberapa macam, penjelasan serta contoh citraan dalam puisi:
Citraan Pendengaran (Auditory Imagery)
Pada citraan ini, puisi akan diciptakan agar penikmat puisi bisa merasakan suatu hal yang berhubungan dengan bunyi pada indra pendengaran.
Metode sastrawan dalam mengungkapkan citraan ini adalah dengan menjabarkan sebuah bunyian dalam isi puisi, seperti memunculkan diksi dentuman, sunyi, pecah dsb.
Sastrawan yang kerap membuat citraan seperti ini adalah seorang sastrawan bertipe auditif. Agar lebih paham simak contoh puisi di bawah ini.
Citraan Penciuman (Olfactory)
Dalam citraan ini, puisi yang dibuat cenderung bisa merangsang indra penciuman sehingga pembaca seakan-akan bisa mencium suatu bau dalam sebuah karya. Citra ini cukup susah untuk diekspresikan karena efek bau adalah pengalaman yang sangat subjektif.
Citraan penciuman ini menuntut penulis agar bisa lebih lihai dalam mengekspresikan sebuah kata. Berikut contoh citraan penciuman.
Citraan Perabaan (Tactile Imagery)
Pada citra ini, puisi akan dibuat agar pembaca seakan-akan bisa meraba sesuatu. Ini berasal dari stimulus yang dibuat oleh sastrawan pada isi puisi. Citraan ini hampir sama dengan citra gerak sebab penikmat bisa merasakan apa yang diungkapkan puisi.
Dalam citraan ini penulis disarankan untuk memilih diksi yang bisa membuat pembaca bisa merasakan perabaan seperti halus, kasar dan lembut. Berikut contohnya:
Baca juga: Rima Dalam Puisi
Citraan Gerak (Kinestetic)
Dalam citraan ini, pembaca akan merasakan rangsangan berupa gerakan dari sebuah entitas yang bisa berwujud manusia atau mesin. Citraan gerak ini bisa menunjukan suatu maksud dari sebuah gerakan. Meskipun entitas tersebut tidak bergerak tapi penikmat bisa merasakan gerakan tersebut dalam imajinasinya. Contoh puisi di bawah ini mungkin bisa mewakili.
Citraan Penglihatan (Visual Imagery)
Pada citraan ini, puisi akan dibuat agar pembaca bisa seakan-akan bisa menggambarkan dan memandang apa yang penulis sisipkan dalam puisinya. Citraan penglihatan ini adalah hal yang sering dijumpai pada sebuah karya. Sebab hampir semua pembaca bisa membayangkan suatu hal.
Stimulus yang dibuat sastrawan bisa berdampak pada imajinasi pembaca, sehingga seolah-olah bisa melihat sesuatu di dalam puisi.
Baca juga: Musikalisasi Puisi
Citraan Pengecap (Gustatory)
Ketika citraan ini dibuat, penulis akan memberikan stimulus deskripsi mengenai indera pengecap. Implementasi citraan ini bisa dilakukan dengan menulis puisi yang berkaitan langsung dengan rasa dalam mengecap, terutama pada rasa makanan.
Pada bagian ini penikmat puisi akan dibawa ke rasa yang bisa dibayangkan pada indera pengecap seperti manis, pedas, asin dan gurih. Karya puisi yang relevan dengan indera ini adalah Secangkir Kopi dan Kenangan karya Abdul Malik.
Citraan dalam Puisi Karya Sastra Kontemporer
Dalam karya sastra kontemporer sekarang ini, para ahli sastra mempunyai citraan lain yang bisa menjadi referensi baru yang patut dipertimbangkan dalam menulis citraan puisi. Berikut adalah penjelasan citraan modern beserta contoh:
Citraan Perasaan
Puisi adalah ekspresi rasa dari seorang sastrawan dari rasa gelisah atau rasa senang dsb. Agar bisa mengekspresikan hal tersebut, maka mereka kerap kali memakai bahasa tertentu untuk merepresentasikan perasaanya. Hal tersebut merupakan salah satu faktor kenapa pembaca/penikmat puisi bisa larut dengan sebuah karya puisi.
Rasa yang bisa ditimbulkan bisa seperti rasa galau, cemas, sedih, ceria, bahagia dan marah.
Contoh lain dari citraan perasaan
Citraan Intelektual
Citraan ini merupakan citraan yang mengekspresikan asosiasi-asosiasi intelektual. Agar lebih jelas, bisa lihat contoh di bawah:
Selamat tinggal Ahmad!” seru sebuah suara“
Berapa anakmu sekarang Laela?” kata yang lain
“kiambang-kiambang bertaut di sungai dan hanyut mengisahkan nasib kita”
Kemudiku selalu patah, selalu patah“
namun rumah senantiasa indah”
(“Pembawa Matahari”, hlm. 14-15)
Pada puisi di atas, fungsi citraan intelektual adalah untuk membangkitkan pemikiran intelektual pembaca. Ini bisa dilihat pada bait ke-3, di mana bait tersebut bisa menimbulkan imajinasi pembaca melalui pemikiran dan logika.
Kesimpulan
Citraan atau imaji dalam karya sastra, berperan sangat penting untuk membangkitkan bayangan imajinatif, membuat gambaran mental dan dapat membentuk pengalaman tertentu kepada pembaca. Maka dari itu agar pembaca bisa lebih menikmati sebuah puisi alangkah baiknya agar memahami tiap citraan tersebut.
Referensi
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
https://id.wikipedia.org/wiki/Puisi
Rampan, Koriie Layun. 1983. Puisi Indonesia Kini: Sebuah Perkenalan.Yogyakarta: Nur Cahaya.
sepertinya ada yang keliru dari tulisan diatas, olfactory (smelling / bau), kinesthetic (movement / pergerakan) dan gustatory (taste / rasa)
Siap kk, sudah direvisi. Terima kasih sudah memberitahu kesalahan kami. Salam hangat