Model pembelajaran make a match adalah opsi dari aktivitas belajar yang bisa dilaksanakan siswa dalam meraih pengetahuan yang disampaikan oleh guru.
Model pembelajaran adalah suatu keseluruhan rangkaian penjelasan materi mulai dari sebelum dan sesudah pembelajaran yang dimanfaatkan oleh guru untuk menyampaikan suatu materi mata pelajaran kepada siswa agar lebih efektif dan efisien.
Model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan suasana kelas. Level siswa dalam menangkap maksud dan materi juga harus dipertimbangkan cara penyampaiannya. Selain itu fasilitas yang ada pada sebuah sekolah juga turut andil dalam penggunaan suatu model pembelajaran sehingga target atau tujuan belajar bisa diperoleh.
Daftar Isi
Pengertian
Menurut penuturan Suyatno (2009: 72) Model pembelajaran make a match adalah model di mana guru akan mempersiapkan kartu yang berisi soal dan jawaban berupa gambar/kartu mengenai suatu konsep, yang nantinya akan dipasangkan siswa.
Gambar/kartu nantinya akan di acak oleh guru yang selanjutnya dicari pasangannya oleh siswa. Sehingga siswa dalam pembelajaran ini bisa melakukan analisis, membaca, bergaul, mendengar dan bertanya kepada siswa lain untuk menuntaskan tugas mencocokan gambar/kartu.
Pengertian model Make A Match (membuat pasangan) menurut Anita Lie adalah teknik belajar yang akan membuat siswa lebih bisa untuk berkonsentrasi dalam suatu hal dan melatih kerja sama antar siswa. Teknik belajar ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai mata pelajaran untuk semua level usia.
Gaya pembelajaran make a match diciptakan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Lebih lanjut, manfaat lain dari model atau teknik ini adalah siswa bisa terstimulasi dalam mengkoneksikan sebuah teori dan konsep, bahwa ilmu pengetahuan itu saling terkait satu sama lain. Selain itu, suasana belajar kelas bisa jadi lebih menyenangkan.
Berlandaskan beberapa pengertian di atas kita bisa mendapatkan pemahaman bahwa model pembelajaran kooperatif dengan tipe make a match ini sangat efektif untuk melakukan aktivitas penggalian ilmu tentang sebuah teori dalam sebuah mata pelajaran yang ada di sekolah.
Langkah-Langkah atau Sintaks
Metode pembelajaran Make A Match dilaksanakan ke sebuah kelas dengan atmosfer yang ceria sebab dalam prosesnya siswa diharuskan untuk berlomba memadukan kartu yang telah diterima dengan waktu yang telah ditentukan.
Pelaksanaan model ini akan diawali dengan meminta siswa untuk menemukan kartu yang serupa atau nyambung antara jawaban dan soal dengan batasan waktu tertentu. Bila berhasil mencocokan kartu yang ada maka siswa akan diberi nilai.
Berikut merupakan langkah atau sintak dari model pembelajaran Make A match:
- Guru merancang sebuah teori yang sesuai dengan siswa untuk diulas. (buat dua kategori kartu yang terdiri dari soal dan jawaban yang ada gambarnya).
- Siswa akan menerima sebuah kartu dan mencari solusi jawabannya.
- Seluruh siswa akan melacak kartu yang cocok. Contohnya: Siswa yang memiliki kartu “12 x 12 =” akan melacak kembaran dengan hasil “144”.
- Siswa yang bisa menemukan kartu yang sesuai dengan jawaban akan mendapatkan skor atau nilai.
- Bila siswa tidak bisa menemukan kartu yang sesuai, maka akan memperoleh sanksi yang telah diputuskan.
- Bila suatu sesi telah berakhir maka kartu akan diundi kembali.
- Siswa dituntut untuk fleksibel dalam memilih siswa yang kiranya memiliki jawaban yang cocok, walaupun siswa tersebut sudah dipilih siswa lain yang telah memilih jawaban itu.
- Guru akan membimbing seluruh kelas untuk melahirkan kesimpulan.
Manfaat lain dari model pembelajaran make a match adalah siswa bisa terdorong untuk terus aktif dalam pembelajaran. Ini sangat cocok bagi kelas yang masih baru dan cenderung pasif.
Selain itu model ini bisa menjadi solusi pemerataan pemahaman setiap materi sembari meningkatkan keterampilan siswa dalam kerjasama dan rasa tanggung jawab.
Tujuan Make A Match
Dalam setiap pembelajaran pasti ada yang ingin dicapai oleh Guru. Berikut merupakan tujuan metode pembelajaran make a match yang bisa menjadi pertimbangan agar pembelajaran bisa tepat guna.
- Penajaman materi.
- Penghayatan materi.
- Sebagai hiburan.
Awal mula misi model pembelajaran make a match adalah untuk menajamkan materi pada siswa. Penguasaan materi siswa akan jauh lebih dalam dan berkembang jika terdapat sebuah jawaban dan pertanyaan yang berkesinambungan.
Guru bisa memilih salah satu dari tiga tujuan pembelajaran make a match:
- Jika tujuan utamanya adalah penajaman materi maka caranya adalah dengan memberi siswai penjelasan dan presentasi teori yang akan dilaksanakan, selanjutnya siswa diberi tugas untuk mengulas dan membaca kembali materi yang telah dipresentasikan.
- Beda dengan bila guru bertujuan untuk penghayatan materi. Guru tidak harus menjelaskan materi kepada siswa, sebab siswa akan menghayati sendiri dengan cara merangkum tulisan yang telah dibaca terlebih dahulu.
- Dan apabila hiburan adalah tujuan utama, maka guru harus melaksanakan metode ini sesekali saja. Metode yang digunakan ini adalah metode untuk membuat/mencocokan pasangan untuk mempertajam setiap materi yang dipelajari.
Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Membuat Pasangan
Setiap pembelajaran pasti terdapat tujuan yang dimaksud, agar Guru lebih bijak dalam memperoleh tujuan maka harus mempertimbangkan baik dan buruknya, berikut adalah kekurangan dan kelebihan model pembelajaran kooperatif dengan tipe make a match:
Kelebihan
- Membuat siswa berkembang dalam aktivitas belajar dari segi kognitif dan juga motorik.
- Teknik ini bisa membuat siswa merasa nyaman dan asyik sebab terdapat komponen permainan.
- Mengembangkan siswa dalam pemahaman setiap materi belajar.
- Setiap siswa akan termotivasi dalam belajar karena menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu sangat lezat.
- Keberanian siswa akan terbangun karena model pembelajaran ini merupakan sarana berlatih untuk tampil di depan kelas.
- Siswa mampu untuk menghormati waktu belajar dan bisa bersikap disiplin.
Kelemahan
- Bila metode pembelajaran ini tidak disiapkan secara matang, maka akan ada waktu yang terbuang mubazir.
- Pelaksanaan metode ini akan memakan energi mental yang tinggi karena siswa bisa berpasangan dengan orang lain yang tidak akrab. Berpasangan dengan lawan jenis misalnya.
- Bila Guru dalam pengutaraan kurang jelas, maka akan menyebabkan siswa kebingungan saat pelaksanaan metode ini.
- Dalam prosesnya guru dituntut untuk bisa memperhingungkan segala kemungkinan saat melaksanakan hukuman pada siswa sebab siswa bisa terkena imbas mental karena malu. Maka bijaksanalah.
- Bila guru sering menggunakan teknik ini, bisa membuat siswa merasa jenuh.
Kesimpulan
Berlandaskan pada aktivitas dan proses pembelajaran, pemakaian model make a match ini akan bisa berdampak positif pada siswa.
Apalagi dengan metode permainan ini siswa akan lebih mengenal lebih dalam teman satu kelasnya. Sehingga Model ini bisa membuat siswa tangguh dalam pikiran dan mental dalam mengarungi pembelajaran selama satu tahun.
Karena karakteristik make a match yang sederhana maka bisa digunakan sesekali agar aktivitas pembelajaran bisa lebih hidup dan dinamis.
Referensi
Istarani. 2011. Innovative Learning Model. Medan: Media Persada
Hamalik, Oemar. 2001. Teaching and Learning Process. Jakarta: Earth Literacy
Suyatno. 2009. Exploring Innovative Learning. East Java: Masmedia Buana Pustaka
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Practicing Cooperative Learning in Classrooms. Jakarta: PT. Grasindo
Isjoni. 2010. Cooperative learning. Bandung: Alfabeta
Jenjang pendidikan
Ingin mendapatkan bantuan dari pemerintah