Kontekstualisasi pengetahuan dan informasi merupakan sesuatu yang bisa dijadikan alat yang sangat penting agar kita bisa fleksibel, mudah beradaptasi dan bisa terhindar dari informasi bohong (hoax). Dalam hal ini pembelajaran kontekstual atau ctl merupakan salah satu pembelajaran yang bisa mengatasi hoax.
Daftar Isi
Pengertian
Pada awal artikel ini akan dijelaskan pengertian pembelajaran kontekstual atau dalam bahasa Inggris bernama CTL (Contextual Teaching and Learning).
Jadi pembelajaran kontekstual atau CTL adalah proses pembelajaran yang dimulai ketika guru menyajikan pengetahuan (informasi) yang komprehensif dan bersifat umum di mana bisa memicu sedikit perdebatan, sehingga siswa mampu membangun makna pengetahuan tersebut berdasarkan pengalamannya sendiri.
Pengertian menurut para ahli
Esensi dari proses pembelajaran CTL adalah ketika siswa tidak hanya pasif untuk mencatat, duduk dan mendengarkan. Namun juga belajar mengenai cara untuk mengakuisisi ilmu pengetahuan dengan cara aktif yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam prosesnya siswa akan mencari materi dan memahami sendiri lalu mengaktualisasikan dengan lingkungan hidup mereka. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Sanjaya (2006).
Pembelajaran kontekstual memiliki dasar filosofi dari teori konstruktivisme, yakni teori belajar yang mengharuskan pembelajar untuk tidak hanya mengingat namun juga bisa membuat (konstruksi) sebuah ilmu agar sejalan dan bermanfaat dengan kehidupan sehari-hari. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Muslich (2007).
Jadi pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan siswa untuk bisa aktif dalam belajar dan bisa untuk mengkonstruksikan informasi, pengetahuan, materi pelajaran dsb, dengan keadaan teraktual diri dan lingkungannya.
Selain itu pembelajaran kontekstual juga untuk mengakomodasi guru, di mana bisa digunakan untuk mengkoneksikan setiap bahan belajar yang disampaikan dengan keadaan teraktual pada dunia siswa. Sehingga hal tersebut bisa memotivasi siswa untuk menciptakan koneksi antar ilmu yang dipunyainya dengan implementasi di dunia nyata.
Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual CTL
Pembelajaran kontekstual mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Memfokuskan pada pemecahan masalah.
- Mengetahui dan sadar bahwa pembelajaran dan pengajaran harus ada berbagai konteks.
- Memandu dan membimbing siswa dalam belajar hingga menjadi pembelajar yang mandiri.
- Menanamkan pengajaran sesuai konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
- Memacu siswa untuk bisa belajar dengan sesamanya.
- Memakai penilaian autentik.
Langkah-Langkah atau Sintaks Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Dalam model pembelajaran kontekstual CTL (Contextual Teaching and Learning), terdapat langkah yang harus ditempuh, berikut uraiannya:
- Langkah pertama adalah Modeling, di sini guru akan mengutarakan kompetensi dan tujuan, bimbingan dan motivasi. Tanamkan pola pikir bahwa para siswa akan lebih memahami pelajaran dengan belajar secara mandiri, menemukan ilmu secara mandiri, mengkonstruksi gagasan secara mandiri.
- Berikutnya adalah Inquiry terdiri dari pengidentifikasian, analisis, observasi, hipotesis. Lakukan aktivitas inquiry untuk berbagai teori dan konsep.
- Questioning, langkah ini mencakup mengarahkan, eksplorasi, menuntun, evaluasi, inquiry dan generalisasi. Tanamkan karakter ingin tahu pada pembelajar dengan bertanya.
- Learning community, cakupan pada bagian ini adalah belajar kelompok/grup, siswa diminta untuk bekerja sama, melaksanakan berbagai aktivitas dan penelitian.
- Constructivisme terdiri dari membuat pengertian secara mandiri, tesis-sintesis, konstruksi teori dan pemahaman.
- Reflection, pada bagian ini siswa diminta untuk mengulas dan merangkum materi pada sesi akhir pertemuan.
- Authentic Assessment ini merupakan proses akhir pembelajaran di mana siswa dinilai dan menilai secara objektif agar siswa bisa mewujudkan kompetensi yang telah disampaikan pada awal sesi.
Tujuan
- Dengan penerapan pembelajaran CTL ini siswa bisa terdorong untuk mengetahui hakikat dari sebuah bahan pelajaran yang diterima. Karena pelajaran yang diterima tidak jauh dari fakta yang ada di kehidupan mereka.
- Tujuan Model pembelajaran CTL adalah siswa akan aktif dalam pembelajaran karena dalam prosesnya pembelajaran ini tidak hanya duduk pasif mengingat, mencatat dan mendengar.
- CTL mengharuskan guru untuk bisa menumbuhkan minat siswa dalam belajar
- Pendekatan pembelajaran CTL memiliki tujuan agar siswa bisa berpikir kritis dan mandiri sehingga kedepannya mereka bisa memfilter dan memilih segala pengetahuan yang masuk.
- Tujuan Model pembelajaran CTL adalah melibatkan siswa untuk bisa mengkoneksikan pelajaran sekolah dengan konteks di kehidupan nyata.
- Siswa bisa lebih leluasa untuk menjelaskan segala data informasi yang rumit dan siswa juga bisa memahami sebuah informasi dengan baik.
Elemen Kontekstual
Terdapat beberapa elemen fundamental dalam pembelajaran kontekstual atau CTL, ini berdasar pada pernyataan Johnson (2000).
Melangsungkan hubungan yang berfaedah
Ini merupakan esensi dari model pembelajaran kontekstual CTL. Saat siswa bisa mengkoneksikan isi dari materi pelajaran, ilmu dan pengetahuan bahkan sejarah dengan lingkungan yang dihadapi siswa. Maka mereka akan menganggap sebuah pembelajaran yang sedang dipelajari tersebut sangat berarti. Ini bisa membantu siswa untuk bisa hidup dengan kemampuan akal maupun perasaan yang seimbang.
Memperoleh Standar yang Tinggi
Pendekatan kontekstual dirancang supaya siswa tumbuh dengan maksimal, sehingga mereka bisa meraih kemampuan tertinggi. Pada dasarnya semua siswa memiliki potensi, andaikan guru bisa membimbing untuk menemukan kekuatan dan potensi siswa.
Belajar Secara Mandiri
Membuat komitmen belajar untuk diri sendiri merupakan langkah mandiri dan proaktif. Komitmen belajar tersebut bisa memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengatur model belajar yang sesuai. Aktivitas belajar sendiri ini juga bisa mengkoneksikan masalah siswa dalam keseharian .
Melaksanakan Aktivitas yang Bermanfaat
Pembelajaran kontekstual ini mengharuskan untuk setiap metode pembelajaran yang dilaksanakan di ruang kelas harus memiliki makna untuk siswa. Karena siswa bisa mengkoneksikan pelajaran akademik dengan pengalaman siswa sehari-hari.
Kolaborasi Antar Siswa
Di sini guru akan membimbing siswa, di mana guru meminta siswa untuk aktif dalam grup belajar, memberi masukan ke siswa ketika mengalami kendala, membantu setiap siswa dan menjelaskan bagaimana antar siswa harus saling menghormati dan bisa berkomunikasi secara terbuka.
Memakai Penilaian Autentik
Penilaian autentik menuntut siswa untuk bisa mempraktekan keterampilan dan pengetahuan yang telah didapat di sekolah untuk menyelesaikan masalahnya pada kehidupan sehari-hari. Penilaian ini adalah lawan dari ujian pada umumnya, penilaian ini menuntut siswa untuk membuktikan kebolehan terbaik mereka setelah menerima pengetahuan di sekolah.
Membimbing Kepribadian Siswa
Dalam penerapan model kontekstual siswa tidak hanya bisa meningkatkan keahlian nalar dan intelektualnya, namun juga bisa meningkatan dimensi kepribadian, yang didalamnya mencakup dimensi sikap, motivasi, integritas, disiplin dll. Dalam pembelajaran CTL, guru dituntut untuk bisa membimbing siswa dalam aktivitas siswa dalam mencari bakat minat sesuai dengan kemampuannya.
Berpikir Kritis dan Kreatif
Pendekatan pembelajaran CTL atau kontekstual bermanfaat untuk meningkatkan keahlian siswa dalam berpikir level tinggi yaitu analitis, kritis dan kreatif. Berpikir secara kreatif merupakan suatu aktivitas mental untuk meningkatkan rasa, perasaan, kemurnian, pemahaman dan ketajaman dalam membuat karya.
Sedangkan berpikir kritis yaitu ketangkasan akal dalam bernalar secara teratur, disiplin dan sistematis untuk mendapatkan solusi, menganalisis dan mengambil keputusan.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
- Membuat siswa bisa menemukan potensi terbaik yang dimilikinya.
- Dalam kerjasama antar grup, siswa bisa bertindak lebih efektif.
- Siswa memiliki daya untuk berpikir kreatif dan kritis dalam memperoleh informasi, bisa bijaksana dalam memahami isu dan bisa memperoleh solusi atas masalah-masalah yang ada.
- Peserta didik bisa mengetahui manfaat tentang apa yang mereka pelajari.
- Siswa tidak tergantung dengan guru dalam memperoleh berbagai informasi.
- Anak didik akan merasa nyaman dan senang dalam setiap pembelajaran.
Kekurangan
- Guru akan kewalahan dalam memutuskan materi pelajaran karena pembelajaran CTL menekankan pada kebutuhan setiap siswa, sedangkan kemampuan siswa dalam satu kelas tidaklah sama.
- Pembelajaran CTL ini lebih cenderung untuk mengembangkan soft skill siswa sehingga siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi tetapi susah untuk mengungkapkan suatu hal (introvert), maka akan kewalahan dalam pembelajaran ini.
- Ketika pembelajaran kontekstual diterapkan maka kemampuan siswa akan terlihat jelas, mana yang memiliki kemampuan dan mana yang tidak. Sehingga akan timbul kesenjangan.
- Interpretasi siswa akan berbeda-beda pada setiap pembelajaran yang disediakan.
- Pada kenyataanya tidak semua siswa bisa beradaptasi dan menemukan potensi yang ada pada diri mereka.
- Pembelajaran kontekstual ini sangat tidak irit waktu.
- Karena siswa dituntut untuk proaktif dalam mencari fakta dan ilmu pengetahuan sendiri, peran guru akan semakin kurang dalam proses pembelajaran CTL.
Kesimpulan
Dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual ini siswa akan belajar secara aktif dan guru akan berposisi sebagai mediator dan pembimbing.
Impak yang paling terasa pada implementasi pembelajaran kontekstual adalah siswa pada masa yang akan datang, bisa berubah menjadi pribadi yang fleksibel, terutama saat menyelesaikan berbagai masalah.
Dengan penerapan model ini permasalahan yang ada bisa mudah untuk diidentifikasi sehingga siswa bisa menyelesaikan masalah sesuai konteks zaman, terutama untuk mengatasi berita palsu atau hoax.
Referensi
Imel, S (2000). Contextual learning in adult education
Resnick & Hall (1998). Learning organizations for sustainable education reform.
Wiggins, Grant; McTighe, Jay (2004). Understanding by Design: Professional Development Workbook. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development. ISBN 0-87120-855-5.
Terimakasih ilmunya..