Pada artikel ini akan membahas tentang teori belajar behavioristik atau behaviorisme yang berfokus pada sikap dan tingkah laku manusia terutama pada siswa.
Daftar Isi
Sejarah Singkat Teori Belajar Behavioristik
Behaviorisme lahir karena adanya reaksi terhadap psikologi introspektif pada abad-19, di mana psikolog bernama J.B. Watson dan B.F. Skinner menolak metode introspektif karena terlalu subjektif dan tidak bisa diukur.
Kedua ahli ini bersikeras bahwa psikologi harus bisa diukur dan dipahami secara akurat serta tidak hanya membuat teori berdasarkan opini. Watson dan Skinner percaya bahwa bila sekelompok bayi akan tumbuh dengan baik atau tidak (cara mereka bertindak di masa depan) tergantung dengan lingkungan tempat mereka tinggali bukan karena genetika atau orang tua mereka.
Terdapat pula eksperimen behaviorisme populer yakni Pavlov Dogs. Di mana sekelompok anjing akan diberi makan setelah mendengar bel berbunyi, kemudian rutinitas tersebut terus dilakukan sampai suatu hari bel berbunyi tapi tidak diberi makan, kemudian anjing-anjing tersebut mengeluarkan air liur mengharapkan makanan. Hal tersebutlah yang dinamakan behaviorisme, yakni hal-hal yang kita alami di lingkungan adalah penggerak dari cara kita bertindak.
Urutannya bisa berupa stimulus-respon, di mana stimulus diberikan (bunyi) dan respon berikutnya adalah anjing mengeluarkan air liur atau makanan diberikan. Teori belajar behavioristik ini juga berpendapat bahwa tindakan kompleks pun bisa dipecah menjadi stimulus-respon.
Pengertian
Teori belajar behavioristik adalah teori yang berfokus pada perubahan tingkah laku yang disebabkan adanya komunikasi dari pengalaman.
Lebih lanjut, teori behavioristik merupakan bentuk perubahan tingkah laku pada siswa dalam hal kebiasaan dan pola pikir baru sebagai akibat dari adanya stimulus yang diberikan kemudian menjadi respon. Bila disimpulkan tujuan dari teori ini adalah, siswa bisa diasumsikan sudah belajar bila mereka telah memperlihatkan perubahan dalam tingkah lakunya.
Inti dari Teori Behavioristik adalah input kepada siswa yang berbentuk rangsangan (stimulus) dan output yang berbentuk respon.
Maksud dari stimulus atau rangsangan adalah segala bentuk apapun yang guru sampaikan kepada siswa, dan respon adalah bentuk tanggapan siswa dari apa yang disampaikan oleh guru.
Dalam pelaksanaanya guru harus memperhatikan dengan teliti tentang stimulus dan respon, sebab apapun yang guru sampaikan (stimulus) dan apapun yang ditanggapi pembelajar (respon) harus bisa diukur dengan baik.
Teori behavioristik berfokus pada pengamatan yang terukur, karena pengukuran adalah cara paling berguna untuk mengetahui perubahan kebiasaan dan tingkah laku pada pembelajar (siswa).
Teori Belajar Behavioristik di dalam Kelas
Di dalam kelas, teori pembelajaran behavioristik adalah kunci dalam memahami cara memotivasi dan membantu siswa. Informasi akan diberikan guru kepada siswa dengan stimulus yang telah diperhitungkan sehingga menimbulkan respon yang tepat.
Siswa adalah peserta pasif dalam pembelajaran behaviorisme ini. Caranya adalah dengan guru memberi mereka informasi sebagai elemen stimulus-respons. Guru menggunakan behaviorisme untuk menunjukkan kepada siswa bagaimana mereka harus bereaksi dan menanggapi rangsangan. Ini harus dilakukan berulang-ulang, agar siswa bisa memahami dan mengingat tentang perilaku yang diinginkan guru.
Penguatan positif adalah kunci dalam teori pembelajaran perilaku. Tanpa penguatan positif, siswa akan segera melupakan respon yang telah diberikan. Contohnya adalah, jika siswa mendapatkan nilai 100 (sempurna) maka siswa akan diberi hadiah berupa buku. Namun bila siswa lain juga mendapat nilai sempurna tetapi tidak dihadiahi buku maka stimulus tersebut akan sia-sia.
Prinsip Teori Behavioristik
Prinsip adalah landasan berpikir yang sangat mendasar yang nantinya digunakan untuk beraksi. Pada Teori behavioristik terdapat enam poin yang menjadi dasar yakni:
Berdasarkan teori di atas hal utama pada teori behavioristik adalah stimulus dan respon, berikut adalah penjelasan alur dan unsurnya:
Drive (Dorongan)
Siswa bisa merasakan keinginan kepada sesuatu sehingga siswa bisa termotivasi untuk mendapatkannya.
Stimulus (Rangsangan)
Guru akan melepaskan stimulus yang mengakibatkan adanya tanggapan siswa
Respons (Reaksi)
Tanggapan siswa akan hadir sebagai jenis stimulus yang dihadapi dari keterlibatan guru pada pembelajaran.
Reinforcement (Penguatan)
Guru akan mengulang stimulus tapi dengan bentuk yang berbeda agar siswa bisa melakukan reaksi yang sama sehingga mereka bisa mendalam dalam suatu yang telah menjadi tujuan awal pembelajaran
Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran
Berlandaskan teori dan prinsipnya, ini adalah implementasi dari teori belajar behavioristik:
- Memutuskan visi/mis dan parameter pembelajaran.
- Pengetahuan awal siswa dalam lingkungan belajar akan diidentifikasi dan dianalisis.
- Memutuskan jenis materi yang akan disampaikan.
- Menjelaskan materi menjadi kategori dalam bentuk kecil seperti topik, poin bahasan dan sub-poin.
- Presentasi atau penjelasan pembelajaran.
- Melepaskan rangsangan (stimulus) ke siswa.
- Memperhatikan dan mendalami siswa dalam bereaksi terhadap stimulus yang dilepaskan.
- Menyampaikan penjelasan positif dan negatif yang baik kepada siswa.
- Melepaskan kembali stimulasi.
- Memperhatikan dan mendalami siswa dalam merespon stimulus.
- Menyampaikan penjelasan lagi baik negatif dan positif.
- Diakhiri dengan kesimpulan dan evaluasi hasil belajar.
Berikut merupakan model pembelajaran yang memiliki dasar teori behavioristik:
- Grup Investigation
- Problem-Based instruction
- Inquiri
- Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
- Model Pembelajaran Reasoning dan Problem Solving
Strategi Teori Pembelajaran Behavioristik di Kelas
Guru bisa menerapkan teknik strategi pembelajaran behavioristik di kelasnya dengan banyak cara, termasuk dengan:
- Latihan. Guru bisa mempraktekan sebuah keterampilan tertentu dengan cara menggunakan pola latihan berulang dengan dicontohkan langsung oleh guru. Ini bertujuan agar siswa terbantu dalam melihat pengulangan dan penguatan dalam sebuah keterampilan sehingga mereka bisa lebih paham.
- Tanya jawab. Guru bisa menggunakan pertanyaan sebagai stimulus dan jawaban sebagai respon, secara bertahap pertanyaan yang diberikan akan semakin sulit dari waktu ke waktu. Ini agar siswa bisa mengetahui pola atau penguatan yang diberikan oleh guru.
- Membimbing latihan. Guru bisa terlibat langsung dalam membantu siswa dalam mengatasi masalah tertentu untuk memberi mereka penguatan dan demonstrasi
- Review rutin. Ulasan atau review sangat penting untuk teori pembelajaran behavioral. Pada sesi ini kita akan melihat kembali materi dan memberikan penguatan positif sehingga membantu siswa untuk mengingat informasi dan pengetahuan dengan lebih baik.
- Penguatan positif. Ruang kelas dengan penerapan teori belajar behavioristik akan menggunakan penguatan positif secara teratur. Ini bisa dengan cara pujian verbal, sistem penghargaan, hak tambahan dsb.
Kelebihan dan Kekurangan
Behaviorisme ini merupakan salah satu teori belajar yang sudah cukup teruji karena sudah cukup tua dan masih dipakai pada generasi ini. Namun begitu Teori behaviorisme ini juga tidak luput dari kelebihan dan kekurangan berikut penjabaran lebih lanjut:
Kelebihan Teori Behavioristik
Berikut kelebihan teori behavioristik, diantaranya:
Sesuai dengan materi pembelajaran
Teori behavioristik mampu mengemban beban pembelajar untuk bisa mencapai tujuan belajar. Teori ini mengakomodasi pembelajar agar bisa termotivasi secara konsisten dalam meraih kompetensi yang dituju.
Materi Pembelajaran dirancang secara Khusus
Siswa yang memiliki motivasi lebih dalam ilmu pengetahuan akan terakomodasi dengan baik, sebab teori behavioristik memiliki karakter sangat mendetail dan runtut dalam menyampaikan sebuah ilmu atau materi.
Membangun Konsentrasi Individu
Behaviorisme ini menuntut setiap pembelajar untuk melahirkan kebiasaan konsentrasi. Ini berlandaskan agar pembelajar selalu siap dalam merespon segala hal yang diberikan pengajar.
Sesuai dengan Pemahaman Belajar pada Anak
Teori ini sangat cocok untuk kalangan anak-anak karena dalam belajar masih membutuhkan dominasi orang tua. Apalagi mereka cenderung belajar untuk meniru setiap apa yang dilakukan orang tuanya. Ini bisa bermanfaat untuk membangung pola pikir dan respon cepat untuk menciptakan konsentrasi pada anak.
Perubahan Belajar Menjadi Tolak Ukur Keberhasilan
Perubahan pada individu merupakan hasil dari teori behavioristik, karena perubahan tersebut bisa dilihat dengan jelas. Bisa disimpulkan bahwa Individu dianggap telah belajar bila mereka membentuk perilaku dan kebiasaan baru. Karena itu teori behavioristik sangat mudah untuk di identifikasi hasilnya.
Kekurangan Teori Behavioristik
Dari segi penerapan teori behavioristik terdapat beberapa kekurangan. Berikut unsur dan penjelasannya.
Hanya Berpusat pada Tenaga Pendidik
Pembelajaran yang berlandaskan behaviorisme ini dalam penerapannya berfokus pada guru yang menjelaskan suatu materi. Bila guru tidak kreatif dalam penjelasan ilmu pengetahuan, maka pembelajar akan bosan dan mengurangi daya kreatif dan aktif pembelajar.
Lebih Mengutamakan Hafalan dibandingkan Latihan
Penekanan lain pada behaviorisme adalah penekanan pada hafalan. Karena umur teori ini sudah tua maka hasil dari penerapan cenderung ketat dan pembelajar akan kekurangan referensi tentang cara berpikir.
Kaku dan Membosankan
Karena berfokus pada guru, pembelajaran ini akan berjalan kurang menyenangkan dan yang pasti akan membosankan bilamana guru tidak kreatif dalam menjelaskan materi.
Individu Dibentuk Menjadi Pasif dan Tidak Inovatif
Siswa dituntut untuk terus menerima ilmu dari guru dan belajar menggapai tujuan seperti nilai akan membuat siswa menjadi pasif dan kurang inovatif.
Baca juga: Teori Belajar
Kesimpulan
Esensi dari Teori Belajar Behavioristik:
- Siswa dikatakan telah belajar bila ada perubahan perilaku.
- Masukan atau stimulus dan keluaran berbentuk respon merupakan hal yang paling fundamental.
- Pengulangan materi merupakan elemen paling mendasar dalam belajar.
- Jika pengulangan pada materi dilaksanakan kembali maka respon yang dihasilkan akan semakin solid, hal tersebut juga akan berlaku bila dilaksanakan pada respon.
- Implementasi teori behavioristik ini bisa disimpulkan bahwa teori ini menekankan pada kegiatan “mimetic” yang berarti penguatan pada pengetahuan yang telah dipelajari.
- Presentasi pada mata pelajaran harus disusun dengan runtut dan dikategorikan secara rinci. Pada evaluasi, teori behaviorisme ini memfokuskan pada hasil dan evaluasi ada untuk kelangsungan pembelajaran yang lebih baik. Dan siswa bila menjawab atau merespon dengan benar maka siswa sudah mengatasi tugas belajar.
Maaf sebelumnya Saya izin mengambil materi “teori pembelajaran behavioristik” untuk tugas kuliah saya atas perhatianya terimakasih.
Saya juga izin mengambil materinya , terimakasih…